Teruskan Saja Perjalanan
Beberapa hari ini, mungkin emosi saya sedang tidak dalam kondisi baik. Beberapa kali saya meluapkan segala kegetiran.
Hari-hari yang saya lewati begitu teramat sendu ataupun bingung. Apalagi yang bakal saya lakukan. Berulang kali saya memanipulasi pikiran bahwa sedang tidak terjadi apa-apa. Tapi seringkali setiap saya sendiri, pikiran itu datang lagi.
Sebagai seorang yang teramat over thinking , mencoba untuk terus berjalan itu memang bukan perkara mudah. Saya mencoba menggali lagi apa sebab yang menjadi persoalan kali ini. Saya pun tak tahu. Saya berujar, barangkali ini bentuk teguran Tuhan dalam hal dosa yang telah saya perbuat. Atau barangkali Tuhan sedang menyelamatkan saya dari sesuatu hal yang tak baik. Atau barangkali memang rezeki saya tidak disana lagi. Saya mencoba mengambil bagian positif yang tersisa. Dan cukup membantu.
Saya ingin sekali bercerita tentang apa-apa yang membekas sekali di dalam kepala. Apa-apa yang tersimpan, namun saya urung sebab belum tentu orang bisa mengerti. Makanya saya lebih baik menulis.
Saya mencoba merenung kembali. Saya harus keluar dari ketidaknyamanan ini. Dari semuanya, memang pikiran manusia itu selalu ingin menjumpai alasan yang rasional kenapa sesuatu bisa terjadi. Saya menemui diri saya sendiri. Saya menyapanya. Mencoba menggali cerita. Ia yang saya sebut alter ego.
Kali ini, alter ego saya memang dalam puncak-puncaknya egois. Saya hanya mendengar segala bentuk pembelaannya. Mendengarnya terus.
Saya terdiam sebab terlalu banyak hal yang tidak mengenakan yang ia lewati selama ini. Kenapa saya sampai abai dengan hal ini. Saya menyadari kehilangan jati diri tentang apa-apa yang selama ini saya perjuangkan dan yakini. Saya terlalu lama bergantung dengan orang lain. Hingga, saya tak tumbuh dengan baik. Terbiasa di suapi hingga lupa cara makan sendiri.
Saya lupa untuk terus belajar dan tumbuh. Saya terlalu lama bertahan dengan 'rasa' hebat di masa lalu. Saya terlalu lama 'bermimpi' hingga luput untuk melaksanakannya.
Dari pertemuan dengan alter ego ini, saya kembali ke titik semula. Tak apa harus memulai lagi dari awal. Tapi tentu tiada yang sia-sia. Jika dahulu berjalan dengan pengalaman sebelumnya, tentu sekarang sudah bertambah dengan hal yang baru.
Saya memaafkan diri sendiri. Sayalah tuan dari impian yang hendak saya wujudkan. Barangkali, setiap hal baik yang saya dapati--meski tak lagi-- adalah bentuk cara Tuhan mengajari saya dengan ilmu yang baru. Dengan salah-salah yang terus saya bikin. Dengan bentuk asumsi-asumsi negatif yang beluk tentu benar. Sayalah tuannya. Saya percaya dengan proses. Saya percaya dengan impian. Dan saya percaya dengan diri saya sendiri.
Jika sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan yang kita maui, mungkin disana terselip hal baik yang masih bisa saya ambil.
Saya kembali ke titik semula. Saya berdamai dengan alter ego saya. Tanpa beban. Tanpa harus menyalahkan orang lain. Tanpa harus bergantung lebih dengan orang lain. Ataupun tentang apa-apa yang sedang saya siapkan, semoga saja berjalan dengan baik. Jikapun salah, saya akan kembali mengulang.
Tiada yang mampu mengalahkan saya selain diri saya sendiri. Saya harus terus melanjutkan perjalanan hidup demi proposal hidup yang sudah menunggu untuk di wujudkan.
Semangat.
Hari-hari yang saya lewati begitu teramat sendu ataupun bingung. Apalagi yang bakal saya lakukan. Berulang kali saya memanipulasi pikiran bahwa sedang tidak terjadi apa-apa. Tapi seringkali setiap saya sendiri, pikiran itu datang lagi.
Sebagai seorang yang teramat over thinking , mencoba untuk terus berjalan itu memang bukan perkara mudah. Saya mencoba menggali lagi apa sebab yang menjadi persoalan kali ini. Saya pun tak tahu. Saya berujar, barangkali ini bentuk teguran Tuhan dalam hal dosa yang telah saya perbuat. Atau barangkali Tuhan sedang menyelamatkan saya dari sesuatu hal yang tak baik. Atau barangkali memang rezeki saya tidak disana lagi. Saya mencoba mengambil bagian positif yang tersisa. Dan cukup membantu.
Saya ingin sekali bercerita tentang apa-apa yang membekas sekali di dalam kepala. Apa-apa yang tersimpan, namun saya urung sebab belum tentu orang bisa mengerti. Makanya saya lebih baik menulis.
Saya mencoba merenung kembali. Saya harus keluar dari ketidaknyamanan ini. Dari semuanya, memang pikiran manusia itu selalu ingin menjumpai alasan yang rasional kenapa sesuatu bisa terjadi. Saya menemui diri saya sendiri. Saya menyapanya. Mencoba menggali cerita. Ia yang saya sebut alter ego.
Kali ini, alter ego saya memang dalam puncak-puncaknya egois. Saya hanya mendengar segala bentuk pembelaannya. Mendengarnya terus.
Saya terdiam sebab terlalu banyak hal yang tidak mengenakan yang ia lewati selama ini. Kenapa saya sampai abai dengan hal ini. Saya menyadari kehilangan jati diri tentang apa-apa yang selama ini saya perjuangkan dan yakini. Saya terlalu lama bergantung dengan orang lain. Hingga, saya tak tumbuh dengan baik. Terbiasa di suapi hingga lupa cara makan sendiri.
Saya lupa untuk terus belajar dan tumbuh. Saya terlalu lama bertahan dengan 'rasa' hebat di masa lalu. Saya terlalu lama 'bermimpi' hingga luput untuk melaksanakannya.
Dari pertemuan dengan alter ego ini, saya kembali ke titik semula. Tak apa harus memulai lagi dari awal. Tapi tentu tiada yang sia-sia. Jika dahulu berjalan dengan pengalaman sebelumnya, tentu sekarang sudah bertambah dengan hal yang baru.
Saya memaafkan diri sendiri. Sayalah tuan dari impian yang hendak saya wujudkan. Barangkali, setiap hal baik yang saya dapati--meski tak lagi-- adalah bentuk cara Tuhan mengajari saya dengan ilmu yang baru. Dengan salah-salah yang terus saya bikin. Dengan bentuk asumsi-asumsi negatif yang beluk tentu benar. Sayalah tuannya. Saya percaya dengan proses. Saya percaya dengan impian. Dan saya percaya dengan diri saya sendiri.
Jika sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan yang kita maui, mungkin disana terselip hal baik yang masih bisa saya ambil.
Saya kembali ke titik semula. Saya berdamai dengan alter ego saya. Tanpa beban. Tanpa harus menyalahkan orang lain. Tanpa harus bergantung lebih dengan orang lain. Ataupun tentang apa-apa yang sedang saya siapkan, semoga saja berjalan dengan baik. Jikapun salah, saya akan kembali mengulang.
Tiada yang mampu mengalahkan saya selain diri saya sendiri. Saya harus terus melanjutkan perjalanan hidup demi proposal hidup yang sudah menunggu untuk di wujudkan.
Semangat.










0 komentar:
Posting Komentar