Bagaimana Dia Jatuh Cinta
Semuanya baik-baik saja.
Malam ini, saya ngejar kerjaan desain dari klien agar punya
waktu luang yang cukup buat nelpon Oshin. Wanita yang menemani saya beberapa
bulan ini. Namun, mungkin karena ia memang sangat gampang mengantuk, ia
mengabari bahwa ia ingin tidur.
Jaassssh...
Saya teramat kesal.
Saya duduk diam lama di ruang tengah. Saya timang-timang si Samsung, saya bingung mau ngapain. Dalam hati masih terasa kecewa juga. Saya mencoba menyemangati diri,
"Main PES, enak juga" ujar alter ego sambil elus-elusin pundak saya
Terus alter ego saya yang satu lagi membalas,
"Udah, biarin aja doi. Ntar kalo dia perlu kamu juga bisa bilang gitu"
Alter ego yang satu ini memang rese banget. Suka ngehasut yang tidak-tidak.
Lalu saya mulai berpikir,
"Apa nelpon cewek lain aja?" Alter ego yang satu lagi mencoba untuk memberi saran.
"Yah, jangan. Jangan biarkan ada pelampiasan" Ujar alter ego saya yang bijak.
Saya diam memperhatikan bagaimana alter ego didalam pikiran saya sibuk memberi pendapat.
"Sudah Ribut-ributnya?"
Para alter ego terkaget-kaget.
"ayam..eh ayam"
Akhirnya saya putuskan untuk mengambil laptop dan menulis.
Seperti biasa, saya memang gemar menulis untuk bercerita dan bertukar pendapat dengan diri saya sendiri. Bagi orang yang tidak gampang bercerita seperti saya ini, menulis adalah sebaik-baiknya jalan. Dengan menulis kadang saya bisa membelah banyak diri dan perspektif di dalam kepala saya. Kadang, kita hanya butuh sudut pandang lain untuk mencari sebuah jalan penyelesaian. Bukan Baik atau Buruk sebagai patokan.Cara ini cukup mampu meredam semua hal yang kadung mengakar bernama egois.
Tapi ketika dipikir-pikir, Saya mampu memanupulasi pikiran saya sendiri. Jika yang biasanya saya senang memberi makan ego dan mengikuti kata hati. Yang jadinya saya makin kesal. Tapi kali ini saya ingin belajar mengalah dengan ego saya sendiri. Saya ingin belajar menjadi orang yang tidak ingin terganggu dengan hal sepele.
Saya duduk diam lama di ruang tengah. Saya timang-timang si Samsung, saya bingung mau ngapain. Dalam hati masih terasa kecewa juga. Saya mencoba menyemangati diri,
"Main PES, enak juga" ujar alter ego sambil elus-elusin pundak saya
Terus alter ego saya yang satu lagi membalas,
"Udah, biarin aja doi. Ntar kalo dia perlu kamu juga bisa bilang gitu"
Alter ego yang satu ini memang rese banget. Suka ngehasut yang tidak-tidak.
Lalu saya mulai berpikir,
"Apa nelpon cewek lain aja?" Alter ego yang satu lagi mencoba untuk memberi saran.
"Yah, jangan. Jangan biarkan ada pelampiasan" Ujar alter ego saya yang bijak.
Saya diam memperhatikan bagaimana alter ego didalam pikiran saya sibuk memberi pendapat.
"Sudah Ribut-ributnya?"
Para alter ego terkaget-kaget.
"ayam..eh ayam"
Akhirnya saya putuskan untuk mengambil laptop dan menulis.
Seperti biasa, saya memang gemar menulis untuk bercerita dan bertukar pendapat dengan diri saya sendiri. Bagi orang yang tidak gampang bercerita seperti saya ini, menulis adalah sebaik-baiknya jalan. Dengan menulis kadang saya bisa membelah banyak diri dan perspektif di dalam kepala saya. Kadang, kita hanya butuh sudut pandang lain untuk mencari sebuah jalan penyelesaian. Bukan Baik atau Buruk sebagai patokan.Cara ini cukup mampu meredam semua hal yang kadung mengakar bernama egois.
Tapi ketika dipikir-pikir, Saya mampu memanupulasi pikiran saya sendiri. Jika yang biasanya saya senang memberi makan ego dan mengikuti kata hati. Yang jadinya saya makin kesal. Tapi kali ini saya ingin belajar mengalah dengan ego saya sendiri. Saya ingin belajar menjadi orang yang tidak ingin terganggu dengan hal sepele.
Saya mencoba menyelami rasa kesal saya, lalu saya posisikan
itu adalah orang lain. saya tertawa. Dalam hati saya omong
“duh norak banget”.
Terus saya masuk lagi ke bagian yang ingin balas dendam. Lagi-lagi saya
tertawa,
“njaay, lelaki apaan gitu”
Bagi sebagian orang, memang
ini terasa menggelikan. Tapi bagi seorang seperti saya, ini adalah hal
nyata yang ia ciptakan dalam kepalanya sendiri. Semua hal negatif seolah
berkumpul bergilir untuk menyampaikan analisa somplaknya. Tidak mudah untuk melewati semuanya dengan
baik. Dan saya tidak pernah ingin menerima keadaan seperti ini. Tapi ia datang secara alami, dan bangsat banget emang,hehehe :v
Saya mencoba untuk mendengarkan lagu-lagu romatis sehingga
saya tidak membiarkan sedikitpun ruang kesal meliputi isi kepala saya.
Oh iya, saya ingin menuliskan tentang dia. Tentang orang
yang membuat saya, kali ini betul-betul ingin belajar menjadi laki-laki yang
tangguh. Laki-laki yang di peluknya semua damai bermuara. Lelaki yang
layak mengganti peran abahnya untuk menjaganya.
Kelak Tulisan ini akan mengingat memori tentang apa-apa yang telah di lewati, apa-apa yang telah berubah dan menjadikan saya tumbuh.
Ada banyak cerita menarik yang ingin saya ceritakan...:)
Dari sini, cerita di mulai...
2 April 2018










0 komentar:
Posting Komentar