Balada Sebungkus Rokok

01.51 B.E Lesmana 0 Comments




saat harga rokok benar-benar naik jadi 50 ribu. mungkin disitulah, anak-anak kost akan kehilangan 'kebutuhan primer' yang akan menajdi kebutuhan tersier. dan saat itulah hubungan pertemanan tak bisa lagi dipatok dari ukuran rokok. biasanya, ketika kumpul, rokok sebungkus bisa dilempar saja ke meja obrolan. menikmati bareng-bareng. jadi gak akan ada isitilah;
"wah rokok masuk kantong sekarang yabro"
dan yang pasti, ketika teman meminta rokok lebih dari satu batang tentu kening akan berkerut. beda dengan harga yang masih 20 ribu. atau makin banyak gelombang anak kost yang berniat berhenti merokok (lebih tepatnya berhenti beli rokok sendiri) tapi masih minta ke teman yang lain.
Rokok. wacana yang disetujui oleh Akom (ketua DPR) seperti di kutip dari sumber media daring, ia katakan, kenaikan harga rokok akan mampu menghambat laju perokok di Indonesia, juga, akan menambah Devisa bagi negara karena harga cukai yang naik.
Halo om Akom. sehat?
di negeri ini, barang-barang yang semakin di tekan keberadaannya akan menimbulkan bentuk penyalahan kegunaan. Akan banyak calo bertebaran dimana-mana. pengoplos rokok. atau nanti ada rokok palsu. jangankan rokok, beras aja ada yang palsunya. ini contoh barang yang semakin mahal keberadaannya akan berdampak pada penyalahgunaan kepentingan.
Bisa ambil contoh, minuman keras. sekarang tak lagi di jual bebas dan tentunya haganya juga naik. lihat, berapa banyak pedagang yang tetiba menjadi peracik minuman dadakan yang tiba-tiba jadi pengoplos minuman. untung harga tuak gak naik, bisa gawat tulang-tulang yang kemarin menyanyikan lagu minang yang videonya sempat viral . "mau minum apalagi kita, lae?"
Saya membayangkan jikalau harga rokok naik, tentu tak ada lagi penjual rokok ketengan. kalau logikanya harga sampoerna sekarang 1500, dengan harga sebungkus 20 ribu. mau dijual berapa harga satu batang rokok jika dijual 50 ribu sebungkus? 5 ribu? ataupun jikalau ada penjual rokok ketengan yang menjual rokok ilegal, sangat rawan kena sweeping pastinya.
Negeri ini, semakin mahal, semakin diperketat, semakin dilarang, semakin menimbulkan penyelewengan.
Om akom.
menaikan harga rokok, bukanlah cara yang bijak untuk menghambat laju tumbuhnya para perokok. seberapapun pasti akan dibeli. tapi, bedanya, sekarang rokok hanya mampu dinikmati oleh kaum-kaum borjuis. lalu bagaimana nasib kaum-kaum proletar?
Om, kenapa saya bilang menaikan harga rokok bukanlah cara yang bijak? kita ambil contoh harga secangkir kopi. om lihat kan bagaimana anak-anak muda indonesia, begitu bangga mampu membeli kopi di starbuck yang harganya naujubilah itu. mereka sanggup lho om. dibanding dengan harga di warkop-warkop yang hanya dijual paling mahal itu cuman 6 ribu rupiah.
Anak muda indonesia (ini bukan semuanya) banyak yang pengen terlihat berkehidupan mewah meskipun secara finansial mereka jelas tidak berkecukupan. masih minta ke orang tua. (saya juga masih om, kadang-kadang).
Lalu bagaimana cara menghambat lajunya pertumbuhan perokok di indonesia? saya punya cara yang sedikit lebih berlawanan dengan wacana om dan rekan-rekan.
Murahkan harga rokok semurah-murahnya.
Loh kok begitu?
ya. harga yang dijual semurah-murahnya akan membuat perusahan-perusahan industri rokok akan collapse. gimana gak bangkrut jika biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual. ini hanya berlaku jika Negara memang punya tujuan untuk menghambat lajunya pertumbuhan perokok. beda kasus, jika negara punya standar ganda seperti yang om katakan kepada wartawan. "Harga rokok mahal akan menghambat lajunya pertumbuhan perokok, dan juga negara akan mendapatkan devisa yang tinggi dari cukai"
Logika darimana, yang satunya berharap rokok gak 'dibeli' yang satu lagi pengen devisa negara naik. logika darimana om?
Itu bukan kebijakan yang bijak. menguntungkan perusahan, iya.
Om, dinegeri ini, barang murah itu bukan suatu kebanggaan. negeri ini mencintai harga barang yang mahal. jika rokok dijual mahal, tentu dengan sangat bangganya saya akan memamerkan rokok itu ditengah perkumpulan saya. gimana gak bangga, rokok mahal aja masihs anggup saya beli. dan yang pastinya, fenomena foto kopi starbuck akan kalah dengan selfie candid dengan bungkusan rokok. negeri ini memang gitu om. gak pamer itu rasanya gak afdol.
sekian dari saya om. maaf agak kepanjangan ni. peluk cium saya ke mbak-mba SPG rokok ya om. cantik-cantik soalnya :)

0 komentar: